Selasa, 07 Februari 2012

The Name of Motivation ^_^

Pernahkah anda memiliki motivasi yang sungguh besar untuk melakukan sesuatu? Anda ingin meraih hal itu dengan cara apapun, rela mengorbankan apapun juga demi mendapatkan hal itu? Darimanakah motivasi itu berasal? Dari dalam diri anda, atau dari orang-orang sekeliling anda? Dan betapa motivasi itu adalah pembangkit semangat anda disaat anda jenuh dalam proses, maupun disaat anda mulai ingin menyerah saja.
Sedikit cerita dari saya, ketika Saya belum lulus.. oh salah, maksudnya belum dapet ijazah. Tapi udah dapet surat keterangan lulus dari kampus. Saat itu saya berpikir, “waah, males banget kalo nganggur dirumah sambil nunggu kuliah S1. Gak ada kesibukan, pemasukan kecil (soalnya Cuma dapet uang saku dari ortu yang nominalnya setara dengan nominal anak kuliahan pada umumnya), pengeluaran tambah gede (soalnya semakin lama di rumah, semakin sering diajak hang out ma temen2 dan ngeluarin banyak duit), galau meningkat, kemalasan semakin melanda (soalnya kalo dirumah gak bakal belajar, wong kuliah aja jarang belajar. XiiXiiXii ^_^), dan parahnya apa yang udah saya dapet selama kuliah gak bakal berkembang, alias stuck. Istilah jawanya, mandeg jegreg ra obah blas. Hahaha..”
Yeah… keputusan yang saya ambil saat itu “saya harus cari kerja, saya harus dapet duit sendiri, setidaknya cukup buat diri sendiri.” Dan konyolnya, inilah pikiran saya selanjutnya “saya mau cari kerja di Surabaya, karena *dia* juga berada di Surabaya, setidaknya kalo dia memang ngga ada hati sama saya, saya sudah membuktikannya.” :P
Anda boleh saja tertawa melihat motivasi saya, tetapi memang seperti itulah keadaannya, dia adalah motivasi saya. Dan saya sadar saat itu, dengan kenekatan seperti itu, saya harus siap dengan konsekuensi terburuk (anda pasti sudah bisa menebak apa itu). Dengan motivasi itulah akhirnya saya berada di Surabaya. Menjalani hari-hari saya untuk bekerja, dan juga untuk mengenalnya. Lalu, tahukah anda apa yang terjadi disaat saya benar-benar jenuh? Ya, dia masih tetap menjadi motivasi terbesar saya untuk tetap berada di Surabaya.
Dan pada suatu hari, saya menyadari bahwa apa yang menjadi tujuan saya sudah tercapai. Karena itulah kejenuhan di tempat kerja sudah tidak bisa terbendung lagi. Saya pun resign, kembali ke kota asal saya. Tetapi, *dia* yang ada di kota Surabaya, tetap menjadi motivasi saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar